Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begitu Sulitnya Menjadi Manusia Yang sempurna

Maret 16, 2023 | Maret 16, 2023 WIB Last Updated 2023-03-16T03:22:30Z
Jakarta,Walaupun secara kasat mata wujudku manusia, kadang jiwaku berperilaku seperti binatang, ada sifat al-sabu’iyyah (sifat binatang buas), ada juga sifat al-bahimiyyah (sifat hewan atau ternak). Ternyata di dalam jiwaku terdapat sifat Beruang yang suka mencakar dan menyerang orang lain. Setiap orang yang beda pendapat denganku langsung kuserang dan kulawan kujadikan musuh dan kucaci maki di medsos. Begitu juga orang beda mazhab denganku langsung kucap sesat dan kafir.

Lalu akupun menyembelih sifat Beruang yang ada dalam jiwaku dengan memperbanyak dzikir Laa ilaha illallah. esok harinya ternyata muncul sifat hewan Kancil. Inilah karakterku yang suka menipu orang lain, licik, pandai berdalih dan mengelabuhi orang, sehingga banyak orang yang rugi karena kutipu.

Saudaraku satu - persatu menjadi korban penipuanku, begitu juga kolegaku satu persatu kudekati dan kutipu uang dan hartanya. Rekan kerjaku hampir semuanya kujebak dan kutipu uangnya dengan dalih kerjasama bisnis atau pinjam uang tapi tidak kukembalikan. Bosku sendiri juga jadi korban penipuanku, kuberitahu bahwa bisnisnya rugi, aslinya tidak. uangnya kusimpan di rekeningku. Lalu aku keluar dari tempat kerjaku untuk menghilangkan jejak.

Jika aku nongkrong ditempat yang elit aku berdandan seperti orang kaya biar dianggap orang tajir, jika aku ikut pengajian atau jamaah dzikir aku berdandan dan bersikap seperti orang yang ahli hakikat. Maklum zaman sekarang yang penting penampilan luarnya maka orang akan dengan mudah dikelabui. Guruku sendiri kutipu, murid-muridnya kupengaruhi dan ku fitnah akhirnya mereka percaya denganku.  

Kemudian akupun menyembelih Sifat Kancil di dalam diriku dengan dzikir La ilaha illallah. Akupun menjadi lega semoga menjadi manusia seutuhnya. Ternyata muncul sifat
Kambing, yaitu karakter yang tidak punya pendirian yang kuat. Jika diajak ke Majlis Taklim aku ikut duduk di depan, akan tetapi jika diajak ke tempat hiburan malam, maka akupun ikut duduk berkaraoke sambil memegang botol minuman keras. 

Diajak ke majlis dzikir, tanganku sibuk memutar tasbih bibirku komat – kamit baca dzikir. Jika diajak dugem akupun berangkat dengan semangat jogget seperti orang yang kesurupan, yang penting happy.

Kemudian sifat kambing dalam diriku kusembelih dengan Laa ilaha illallah, semoga diriku menjadi manusia seutuhnya. Ternyata besok harinya muncul sifat Burung Merak. Yaitu karakter orang yang suka pamer kepada orang lain. 

Makanya jangan heran jika waktu mau sholat aku selfi dulu, lalu kuposting agar dianggap rajin sholat padahal aslinya sholatku bolong-bolong dan malas. Begitu juga jika sholat tahajud aku selfi dulu dan posting “Tahajud dulu Gaes.” Dengan begitu orang akan menganggap diriku orang yang rajin ibadah, padahal aslinya rajin nongkrong dan dugem.

Begitu juga disaat membagikan shodaqoh atau zakat kepada orang miskin, maka ku Foto dahulu lalu kuposting di FB. Bahkan kujadikan conten You Tube agar dilihat orang kalau diriku orang yang baik dan dermawan. Padahal aslinya diriku ini orang yang pelit, karena demi pencitraan maka aku siap mengeluarkan uang.

Lalu kusembelih sifat Burung Merak dengan Laa ilaha illallah, agar aku tidak suka pamer dan riya' mencari pujian dan dianggap baik oleh orang lain.

Setelah Sifat Burung Merak telah kusembelih ternyata muncul lagi dalam jiwaku yaitu sifat Anjing yaitu sifat yang suka menggonggong. Setiap hari aku selalu menggonggi orang lewat postingan di beranda FB dan Twitter yang berbeda pendapat denganku. Baik karena perbedaan keyakinan dan politik. Bahkan jika ada orang yang posting tidak sesuai dengan hatiku, langsung kukritik dan kumaki.

Sifat Hewan Anjing ini pernah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits berikut ini:
 “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang terdapat anjing di dalamnya,” (Muttafaq alaih dari Abu Thalhah Al-Anshari).

Imam Al-Ghazali mengartikan bahwa kata “rumah” pada hadits tersebut tidak diterjemahkan secara harfiah sebagai sebuah bangunan rumah, melainkan ditakwil yaitu batin atau hati manusia dan kata “kalbun” (anjing) adalak sifat dendam, tamak, marah, dan sifat tercela lainnya. Jadi hati manusia yang dipenuhi sifa-sifa tercela tidak akan mendapatkan cahaya dan rahmat dari Allah. 

Imam Al-Ghazali kemudian memandang wujud manusia secara ilmu hakikat. Menurutnya, wujud asli manusia ditentukan oleh sifat terpuji dan sifat tercela di dalam batin manusia.

“Ketahuilah, batin manusia yang penuh dendam-kemarahan, ketamakan duniawi, kegilaan dunia, dan hasrat merusak kehormatan orang lain hakikatnya adalah anjing meski tampilan fisiknya adalah hati manusia. Sedangkan cahaya bashirah (mata batin) memandang hakikat, bukan bentuk fisiknya,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 68).

Jasad dan tampilan fisik, segala hal yang lahiriyah, dan kasatmata di dunia lebih dominan daripada substansi dan hakikatnya. Adapun hakikat wujud manusia tersembunyi di dalamnya. Sedangkan di akhirat nanti segala yang lahiriyah itu tunduk pada sifat asli manusia yang terdapat di dalam batinnya. Oleh karenanya, setiap orang kelak akan dikumpulkan dalam bentuk aslinya yang hakiki.

“Orang yang merusak kehormatan orang lain akan dikumpulkan di akhirat sebagai anjing predator, orang yang tamak atas harta orang lain sebagai serigala buas, orang yang arogan sebagai macan tutul, orang yang gila kekuasaan sebagai singa.” (HR. Ats-Tsa’labi).

Dalam ilmu hakikat, wajah manusia dilihat dari sifat batinnya, bukan tampilan fisik lahiriyahnya. Bila memiliki hati yang suci penuh dengan sifat terpuji, yaitu syukur, sabar, ridha, qana’ah, murah hati, lapang dada, pemaaf, dan sifat terpuji lainnya (qalbin salim), maka wajah asli orang tersebut menampakkan cahaya kesucian.  

Adapun orang yang berhati busuk berisi kedengkian, kemarahan, ketamakan, kesombongan, dan sifat tercela lainnya, maka ia hakikatnya memiliki wajah yang buruk rupa atau wujudnya menjadi hewan, meski wajah lahiriyahnya rupawan dan cantik.

Aku dilahirkan dalam bentuk manusia, maka kelak pada hari kebangkitan semoga dibangkitkan dalam bentuk wujud manusia juga, jangan sampai dibangkitkan dalam wujud hewan, sangat mengerikan dan sedih sekali.

Terus terang ternyata sulit sekali menjadi manusia seutuhnya. Sifat hewan yang satunya sudah bisa kukalahkan, muncul kembali sifat hewan lainnya, terus begitu selanjutnya. Kadang aku berpikir apakah di dalam jiwaku itu adalah Kebun Binatang, sehingga semua sifat hewan semuanya berkumpul di dalam jiwaku.
Kondisi ini membuat tidur malamku tidak bisa nyenyak, sampai kapan hakikat wujudku benar-benar wujud manusia, tidak dalam bentuk hewan lagi...?

Namun, aku tidak pernah berputus asa dan tidak pernah menyerah, setiap hari aku selalu berusaha dan berupaya dengan dzikir Laa ilaha illallah untuk menyembelih sifat-sifat hewan dalam diriku.

Semoga semua makhluk bercahaya dan tercerahkan. Aamiin
×
Berita Terbaru Update