Kekerasan negara bebasis rasis meningkat di papua pelakunya keterlibatan militer baik TNI maupun Polri. .
Jokowi adalah presiden yang galangan sipil berdarah dingin dan anti HAM serta anti demokrasi.
Selama kepemimpinan presiden Jokowi periode pertama sampai dengan peride ke dua kejahatan kemanusiaan secara masif terjadi di Papua.
Sejak tahun 2014 kepemimpinan Jokowi-jk Paniai Berdarah 8 Desember 2014. Kasusnya dibawah ke pengadilan HAM di makasar namun hanya satu orang jadi tersangka dan divonis bebas.
Tahun 2018 mulai perang TPNPB dengan TNI/polri mulai di Nduga banyak korban sipil dan pengungsi rakyat sipil.
Disusul perang di Intan Jaya membuat rakyat korban dan pengungsian, perang di Pengunugan bintang korban sipil dan pengungsian, perang di puncak Papua rakyat mengunsi dan korban sipil, perang di Maybrat pengungsi korban sipil dan perang di Yahukimo.
Kemudian beberapa kasus kekerasan meningkat lagi 3 tahun terakhir penyiksaan rakyat sipil penembakan dan penangkapan rakyat sipil dan kriminalisasi oleh aparat. Kasus yang sangat kejam adalah kasus multilasi di timika 4 warga sipil penembakan di mappi penembakan di Wamena dan penembakan dan multilasi satu ibu di puncak Papua.
Ketika kekerasan dan korban sipil di papua pemerintah membungkam suara diam terkesan papua ini aman aman.
Dimana Jokowi ketika ketika orang papua meminta keadilan membutuhkan bantuan lebih khusus rakyat sipil masih mengungsi di beberapa daerah di Papua.
Kedatangan jokowi kali ini kami menilai hanya untuk menanam bunga diatas kuburan rakyat papua yang dibunuh sejak 2014 sampai dengan penembakan rakyat sipil di Wamena dan pucak papua dengan multilasi seorang ibu.
Disi lain Jokowi datang mengelabui sejumlah kasus kekerasan terhadap rakyat sipil dan perang TPNPB dan TNI/polri di puncak papua Nduga dan Yahukimo.
Tim Redaksi
