Jakarta,Pertanyaanya, kenapa hanya Anies Baswedan yang dijegal? Kenapa tidak Prabowo atau Ganjar, misalnya?
Seperti yang kami jelaskan dalam tulisan sebelumnya (Makna Manuver Politik Presiden Jokowi, ada tiga sebab manuver politik Jokowi).
Penyebab lain ialah, selama Jokowi mejadi Presiden Indonesia, pemerintahan RI ini sudah menjadi Kekuasaan Oligarki.
Dari berbagai nama Capres yang mendapat dukungan partai-partai politik, hanya Anies Baswedan yang bersih dan belum terpapar wabah oligarki ekonomi dan politik. Selain Anies sudan dipastikan terpapar. Sebab itu, tidak heran masyarakat berakal sehat menginginkan Anies Baswedan menjadi Presiden RI yang ke 8 nanti.
Hikmahnya, dengan munculnya nama Anies sebagai calon Capres 2024, politik Indonesia sekarang menjadi tiga warna dan aliran.
Alhamdulillah kita pun dengan mudah mengenal ketiga warna dan aliran politik tersebut.
Pertama, yang menginginkan negeri ini terus menerus dikendalikan dan dikuasai kaum oligarki ekonomi dan politik, seperti di zaman Pak Jokowi ini. Sebabnya jelas. Ada cuan besar yang diraih dan ada pula yang bersifat sentimentil yaitu islamophobia.
Lupa bahwa negara ini didirikan oleh para pejuang Muslim dengan darah dan air mata dan Allah takdirkan pula negeri ini dihuni mayoritas Muslim.
Kedua, yang menginginkan negeri dan negara ini merdeka yang sesungguhnya, berdaulat, maju, bersatu, harmoni dalam kehidupan, kuat dalam semua sisi kepribadian, khususnya moral, spiritual dan materialnya dengan merancang sebuah konsep negara, pemerintahan dan masyarakat melalui berbagai program perubahan (change programs) dan merdeka dari mental taba'iyyah (pengekor) dan slave mentality (mental budak)
Barat dan Timur.
Ketiga, kelompok oportunis dan munafik. Seprti baling-baling di atas bukit, dari mana arah angin, kesana baling-balingnya berputar. Kelompok ini sudah ada sejak zaman dahulu kala dan akan berakhir setelah dunia ini kiamat.
Melihat berbagai manuver presiden Jokowi, partai politik, elite politik dan berbagai kelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok pertama, termasuk buzzerRp, maka skenario penjegalan Anies Baswedan dapat dilihat sebagai beriku :
1. Membangun stigma negatif (black campaign) terhadap pribadi Anies Baswedan seperti, kadrun, radikal, intoleran, bukan pribumi (keturunan Yaman), politik indentitas (Islam), tidak becus memimpin Jakarta, pembohong dan sebagainya.
2. Skenario berikutnya ialah mencari-cari dosa Anies Baswedan. Dengan dosa tersebut dapat diciptakan delik hukumnya untuk menangkap Anies dan memenjarakannya minimal 2 - 4 tahun hukuman sehingga tidak bisa ikut sebagai Capres 2024.
Kelihatannya pimpinan KPK sekarang, Firli Bahuri bernafsu bangat dengan poin ini.
Skenario ini juga akan dilancarkan kepada calon Cawapres dan atau Cawapres definitif yang akan mendampingi Anies.
3. Jika Anies sebagai Capres dan Cawapresnya lolos ikut pemilu 2024, maka skenarionya sebagai berikut:
A. Black Campaign agar nama Anies jelek di mata calon pemilih.
B. Mobilisasi semua institusi pemerintahan, khususnya eksekutif, TNI POLRI dan BIN dan media mainstream untuk memenangkan Capres dan Cawapres Oligarki sebagaimana yang terjadi pada Pilpres 2019.
C. Money politic. Sudah dipastikan dalam Pilpres yang akan datang politik uang akan dimainkan oleh Capres Oligarki besar-besaran, seperti pengalaman beberapa kali Pilpres selama reformasi, khususnya Pilpres 2014 dan 2019.
D. Permainan KPU atas suara para pemilih. Sekarang sudah terendus oleh berbagai media nasional dan LSM terkait kecurangan KPU dalam meloloskan atau tidak sebuah partai politik yang akan bertarung di Pemilu legislatif dan Pilpres (pemilu serentak) 2024 yang akan datang.
Jika KPU curang dalam maslah tersebut, maka tidak ada jaminan KPU juga tidak curang dalam menghitung hasil suara Pilpres 2024 yang akan datang, karena khalayak juga tahu para petinggi KPU manusia juga yang belum tentu kuat menghadapi tekanan maupun serangan fajar. Kecurangan ini akan dirancang dari pencoblosan sampai permainan IT. Pemilu 2019 bukti nyata dari kecurangan sistematik di zaman reformasi.
Aroma tidak sedap itu sudah mulai tercium oleh berbagai kalangan, khususnya kelompok akal sehat dan media-media nasional.
E. Permainan lembaga penegak hukum seperti Bawaslu, MK dan sebagainya. Kuat indikasi jika ada protes dan tuntutan atas kecurangan penghitungan suara, kendati buktinya bejibun, pasti ada alasan lembaga-lembaga tersebut menganulirnya dan akan menetapkan Capres dan Cawapres ala Oligarki sebagai pemenangnya.
Demonstrasi dan KPPS nyaris tidka akan berpengaruh banyak dalam bersaksi dan menuntut keadilan seperti yang terjadi pasca Pilpres 2019; ratusan demonstran dibantai waktu demo di depan kantor Bawaslu dan 700an anggota KPPS meninggal hampir bersamaan. Sampai detik ini mega kasus kejahatan HAM tersebut hilang begitu saja seakan ditelan bumi.
F. Diperhitungkan intimidasi akan meningkat dengan berbagai cara dalam Pilpres dan paca Pilpres 2024 yang akan datang apabila Anies Baswedan dianyatakan kalah oleh KPU dan pendukungnya menolak hasil perhitungan KPU.
Bentuk-bentuk kecurangan yang dilaporkan, khususnya oleh individu akan menghadapi intimidasi dari orang atau oknum tertentu, bahkan bisa diseret ke meja hijau dengan tuduhan menyebarkan berita bohong atau melanggar UU ITE dan sebagainya.
G. Bagaimana pula jika pasangan Anies Baswedan menang telak dalam Pilpres 2024 sehingga orang dan lembaga pemegang otoritas Pemilu sulit melakukan manuver untuk menggagalkan pasangan Anies Baswedan?
Bukan berarti kelompok Oligarki akan diam, berhenti manuver dan menerima nasib kekalahan mereka, seperti yang dialami oleh pasangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019, kendati para pendukung mereka telah berkorban dengan harta dan nyawa.
Manuver menggoyang Anies Baswedan dan Wakilnya akan mereka lakukan terus menerus dengan dua cara:
1. Jika jumlah anggota DPR RI dari partai-partai pendukung Anies Baswedan tidak mayoritas, kelompok Oligarki akan mudah menggoyangnya melalui gedung DPR RI sampai target dilengserkan sehingga terkesan konstitusional. Apalagi publik dan kelompok Oligarki sudah tahu betul kualitas iman dan komitmen kebanyakan anggota DPR. Sudah maklum, yakni gampang masuk angin. Bahkan suara keras mereka dalam sidang-sidang dengan eksekutif dan di hadapan media, disinyalir hanya meningkatkan bargaining negosiasi cuan.
Kecuali jika Anies Baswedan siap berkompromi dengan mereka, maka ceritanya bisa lain.
2. Melalui cara terorismeisasi. Yakni menciptakan kondisi tidak aman, bisa melalui berbagai pemboman di sana sini sehingga terkesan pemerintahan Anies Baswedan lemah dan gagal melindungi rakyatnya.
Begitu pula dengan ancaman lain yang akan merongrong pemerintahan Anies Baswedan. Ia adlah kekuatan global yang memiliki kepentingan ekonomi dan politik, yakni Amerika dan Eropa.
Apabila mereka melihat Anies Baswedan berpihak kepada kedaulatan negerinya, rakyatnya, Islam dan umatnya, mereka tidak akan tinggal diam. Mereka juga akan melakukan dua poin di atas seperti yang dilakukan baru-baru ini di Pakistan.
Bayangkan Presiden Imran Khan yang menag telak Pilpres dapat digulingkan Parlemen setelah diciptakan huru hara di tengah masyarakat, kemudian membeli mayoritas anggota Parlemen Pakistan dengan jutaan dolar untuk melakukan mosi tidak percaya. Akhirnya Imran Khan angkat koper dari dari kantor Perdana Menteri (PM) Pakistan sebelum masa jabatannya berakhir.
Padahal jika Pemilu dilakukan lagi, diyakini Imran Khan akan meraup suara mayoritas lagi.
Apa dosa Imran Khan? Korupsi? Pelanggaran HAM? Diskriminatif terhadap kelompok masyarakat minoritas? No.
Satu-satunya dosa Imran Khan di mata mereka karena ia inging negaranya kuat, negerinya berdaulat, masyarakatnya cerdas dan sejahtera, islamophobia ludes dan kekuatan asing manapun tidak boleh mendikte pemerintahan dan negerinya yang sdh bercokol sejak Presiden Ziaulhaq dibunuh dalam kasus ledakan pesawatnya Agustus 1988, (33 tahun lalu).
Untuk menjegal Imran Khan ikut Pemilu berikutnya, Pemerintahan baru mengeluarkan berbagai aturan yang zalim, termasuk pengunduran waktu Pemilu dari jadwal yang ditentukan sebelumnya.
H. Skenario yang paling buruk, semoga tidak terjadi, Anies Baswedan dilenyapkan dari panggung kehidupan.
Mungkinkah terjadi? Maybe yes, maybe no. Ajal seseorang hanya Allah yang tahu. Namun, secara historis, di Indonesia, pelenyapan nyawa lawan politik itu sudah ada sejak zaman Soekarno dan berlanjut di zaman Soeharto. Tidak mustahil juga terjadi di zaman sekarang. Kasus upaya pembunuhan Habib Rizieq dan pembunuhan 6 anggota laskar FPI di km 50 yang menggemparkan jagad Nusantara adalah bukti nyata.
Alasan lain, seperti yang diungkapkan Rocky Gerung, politik sekarang diseting untuk memilih pemimpin anti intelektual dan moral (akhlak).
Nah, politik yang terlepas dari kecerdasan intelektual dan akhlak itu kejam. Apapun bisa dan halal dilakukan untuk mencapai tujuan.
Penulis yakin, Nasdem, partai-partai pendukung dan kelompok-kelompok akal sehat lainnya sudah menyiapkan ikhtiyar-ikhtiyar dan berbagi scheme untuk menghadapi berbagai skenario tersebut.
Yang terpenting lainnya ialah sebagai orang yang beriman mutlak pada kekuasaan Allah, Penulis yakin Anies Baswedan dan para pendukungnya yakin betul bahwa, ajal, rezki, jodoh dan kekuasaan itu hanya di tangan Allah. Bila Allah hendak memberikan kepada seseorang atau mencabutnya dari seseorang, tak satupun manusia dan makhluk lain yang dapat menyetopnya.
Sebab itu, mari luruskan niat dalam berjuang hanya mencari ridho Allah. Kalau niat sudah karena Allah, apapun yang Allah putuskan, pasti itu yang terbaik di sisi-Nya.
Renungkan firman Allah berikut :
Ù‚ُÙ„ِ اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ù…َالِÙƒَ الْÙ…ُÙ„ْÙƒِ تُؤْتِÙŠ الْÙ…ُÙ„ْÙƒَ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ ÙˆَتَÙ†ْزِعُ الْÙ…ُÙ„ْÙƒَ Ù…ِÙ…َّÙ†ْ تَØ´َاءُ Ùˆَتُعِزُّ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ ÙˆَتُØ°ِÙ„ُّ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ ۖ بِÙŠَدِÙƒَ الْØ®َÙŠْرُ ۖ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ عَÙ„َÙ‰ٰ ÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù‚َدِيرٌ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kapada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q Surat Ali 'Imran : 26)
Akhirnya, hanya kepada Allah kita bertawakkal dan kepada-Nya juga kita akan kembali.
Sumber penulis: Ust Fathuddin Ja'far