Jakarta,Prakata Beberapa waktu lalu, Yoman, SS. (2023), Maret 5) Presiden Gereja-Gereja Baptis Papua, Doktor Gembala, Pendeta, Socrates Sofyan Yoman, mengeluh “rendahnya kwalitas”, anggota group WathApp “The Spirit of Pegunungan Papua”.
Menurutnya kwalitas obrolan anggota group dibawah standar orang yang sudah berpendidikan, kecuali, tak lebih, seperti kumpulan kurang terdidik secara intelektual, wawasan pengetahuan anggota group “Spirit of Papua Pegunungan” sangat kurang, beliau tanya dan mengatakan begini:
“Adik, dlm grup spirit peg ini tidak ada terdidik dan berilmu? Atau org2 yg sudah dilumpuhkan dn hidup dlm kelumpuhan dan kepalsuan”.
Dari kutipan singkat terlihat galauan seorang Tokoh Papua Pegunungan yang selama ini gigih menyuarakan hak-hak rakyat Papua. Doktor Pendeta Yoman, dikenal publik sebagai seorang sosok yang tegas, berani, lurus dan konsisten menyuarakan persoalan Papua, lebih khusus persoalan politik, bahkan selalu menggugat eksistensi Papua dan Indonesia sembari mempertanyakan keabsahan integrasi melalui Pepera.
A. Infrastruktur Pendidikan Papua Pegunungan Terbatas
Keluhan seperti ini tidak hanya pada saya (pribadi) tapi pernah juga beliau sampaikan secara terbuka dalam WAG itu, dan hampir semua diam tak memberikan respon, kecuali saya, mencoba menanggapi keluhan beliau dengan mereka-reka alasan penyebab mengapa hal demikian bisa terjadi sbb:
Anak-anak Papua khususnya Papua Pegunungan itu sejatinya cerdas-cerdas, tidak kurang, sama seperti orang lain dimanapun dan darimanapun, pasti ada kelebihan dan ada kekurangan sekaligus.
Terkait keterbelakangan intelektualitas anak-anak Papua Pegunungan, saya mencoba berapologi: “ Bahwa sistem pendidikan dengan segala keterbatasan fasilitas oleh pemerintah, bersamaan kompleksitas persoalan politik Papua melahirkan anak-anak Pegunungan yang sejatinya cerdas punya IQ tinggi diatas rata-rata menjadi rendah, karena infrastruktur pendidikan Wilayah Papua Pegunungan tidak memadai, maka hasilnya tidak maksimal.
Sarana prasarana infrasructur dan suprastructur pendidikan dari tingkat dasar (SD, SMP, SMU) hingga perguruan tinggi jauh dibawah standar normal, peserta didik Papua Pegunungan tertinggal jauh malahirkan output tak berkualitas, mutu rendah seperti nampak terlihat lalulintas obrolan dominan dalam group tersebut sebagai hasilnya.
Dapat dibayangkan dengan segala keterbatasan kelangkaan fasilitas pendidikan seperti kualitas guru rendah, kelangkaan guru, tanpa gedung sekolah, jarak sekolah jauh, honor guru rendah, ketersediaan tenaga guru minim, jarang masuk kelas, siswa jarang masuk kelas, transportasi , lingkungan, buku ajar, kurikulum dll, sejak Papua merdeka bersama NKRI, Papua Pegunungan sangat jauh tertinggal tanpa perhatian negara secara berarti.
Bisa dikatakan disini, bahwa hampir seluruh Wilayah Pegunungan tanpa pembangunan berarti, hampir seluruh siswa-siswi putus sekolah akibat kelangkaan berbagai fasilitas, jikapun melanjutkan study hingga PT hasilnya sarjana berkualitas rendah, asal kuliah, asal sarjana, soal kwalitas jauh dibawah rata-rata, karena dasar penuh dengan keterbatasan walupun bergelar sarjana S1,S2,S3 membaca dan menulis masih banyak salah sesuai standar EYD, belum berfikir kritis, kwalitas rendah, kwalitas anak Sekolah Dasar (SD).
Atas keluhan ini saya menjawab sebisanya, bahwa dalam group WastApp banyak yang kritis, hanya mereka jarang berkontribusi untuk memberikan komentar karena banyak faktor, salah satunya sibuk dengan tugas dan pekerjaan. Memang perlu diakui bahwasanya. Kwalitas penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan di Wilayah Papua Pegunungan sejak integrasi dalam NKRI disahkan tahun 1972 oleh PBB Wilyah Papua Pegunungan tak tersentuh pembangunan secara berararti.
B. Kecerdasan Dalam Perspective Budaya Lembah Baliem Lapago Papua Pegunungan
1. Kepu vs Hewelek
Kepu artinya bodoh, semakna dengan heweleklek, artinya tidak sadar, dari kata hewelek dengan tambahan kata dibelakang kata lek yang artinya (tidak) jadi tidak sadar, dua kata ini maknanya beda tapi maksudanya sama, bodoh karena tidak sadar.
Kalau belajar dan tanya dia akan tahu dan sadar siapa dirinya, apa hak-haknya, dan bagaimana seharusnya dia melakukan apa dan bagaimana dia bersikap dan mengapa dia harus bersikap demikian ketika lingkungan terjadi perubahan berhadapan dengan hal-hal baru yang diinginkan maupun tidak diinginkan menyangkut kepentingan dirinya dan lingkungan masyarakatnya.
2. Kanj vs Kepu
Kata Kanj sering ditulis Kain (logat Baliem Centre) lawan kata Kanj atau Kain adalah Kepu. Bisa juga disebut Heweleklek (tidak sadar).
Dari makna kata bahasa lokal Lembah Balim Kota Wamena Kabupaten Jayawijaya ini dapat diambil kesimpulan bahwa sejatinya manusia didunia ini sejatinya tidak ada yang bodoh (kepu), tapi lebih karena dia tidak sadar kalau dia tahu tapi belum sadar atau belum diberitahu kalau dia sebenarnya tahu dan Kanj (kain).
Kesimpulan dari pembahasan menggunakan bahasa lokal bahwa sejatinya manusia Jayawijaya adalah manusia sejati, punya harga diri, Ap Kain/ Kanj, Ap Wene Elu (orang yang tahu, orang berwawasan luas, orang berwibawa, orang pandai, orang pinter, orang cerdas, orang yang sadar bahwa dirinya tahu).
Masyarakat secara umum Lembah Balim Kota Wamena saat ini membutuhkan figur - figur pemimpin Ap Wene Elu (Pria Sejati Yang Tahu, Sadar Dirinya Tahu). Kata Ap Wene Elu sama artinya orang yang berpengetahuan dan berwawasan luas, tahu segala tetek bengek, cerita masa lalu dan masa kini, struktur turunan, mampu meramal dan seterusnya.
Pengertian kecerdasan manusia Papua Pegunungan dengan pengertian budaya lokal ini menunjukkan bahwa semua orang sanggup bisa menjadi Ap Wene Elu (tahu semua hal) walaupun tak seluruhnya, dan sebaliknya kalau tidak diberitahu, tidak diajari oleh orangtuanya dia akan menjadi Wene Okot (tidak tahu {diri} akhirnya disebut Kepu (bodoh).
C. Kepandaian Menurut Teologi (Agama)
Menurut agama manusia diberi pengetahuan oleh Tuhan melalui proses belajar dan seseorang akan ditinggikan derajat apabila dia punya keyakinan kuat dan berpengetahuan luas. Tuhan akan menggakat derajat sebagai orang yang dihormati ditengah umat manusia diatas beberapa derajat atas keyakinan dan pengetahuannya itu akan membentuk character (The self of confidence) percaya diri.
Menurut agama (Islam) ilmu pengetahuan diberikan oleh Tuhan dan pengetahuan manusia atas alam raya ini terbatas. Untuk lengkapnya saya kutipkan secara lengkap penjelasan Habib Maulana Maslahul Adu berikut selengkapnya sbb:
“Ketika seseorang membicarakan tentang keluasan ilmu Allah swt., tak jarang kita mendengar sebuah gambaran bahwa, luasnya ilmu Allah itu tidak akan bisa habis meskipun dituliskan dengan tinta yang kuantitasnya sebanyak seluruh lautan. Bahkan meski telah didatangkan berulang kali tinta sebanyak lautan itu, tidak akan cukup untuk menuliskan seluruh ilmu Allah Swt.
Gambaran tersebut sejatinya merupakan gambaran yang diberikan oleh Allah sendiri, yang terdokumentasikan dalam Q.S. Al-Kahfi [18] ayat 109. Berikut adalah kutipan ayat yang dimaksud keluasan ilmu Allah swt;
قُل لَّوۡ كَانَ ٱلۡبَحۡرُ مِدَادࣰا لِّكَلِمَـٰتِ رَبِّی لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ قَبۡلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـٰتُ رَبِّی وَلَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِهِۦ مَدَدࣰا
Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” [Surat Al-Kahfi (18): 109]
Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang menganggap bahwa mereka telah mendapatkan ilmu yang sangat banyak dengan sampainya kitab Taurat kepada mereka. Disebutkan oleh Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, awalnya ialah ketika orang-orang Yahudi mendengar Q.S. Al-Isra’ [17] ayat 85, yang artinya: “Sedangkan kalian diberi pengetahuan hanya sedikit.”
Tatkala mereka mendengar ayat yang menyebutkan bahwa ilmu mereka masih sedikit, salah seorang dari kaum Yahudi menjawab, “Kami telah mendapatkan ilmu yang sangat banyak, yaitu dengan diberikannya kitab Taurat kepada kami. Dan barang siapa telah diberi kitab Taurat, maka ia telah mendapatkan banyak kebaikan.” Setelah itu diturunkanlah surat Al-Kahfi ayat 109, sebagai penegasan bahwa ilmu yang mereka peroleh masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan ilmu yang Allah miliki.
Syekh Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib memberikan penjelasan bahwa, memang benar jika dikatakan dalam kitab Taurat terdapat hikmah yang sangat banyak. Akan tetapi hikmah yang sangat banyak itu pun masih belum sebanding dengan ilmu Allah Swt. Sehingga hikmah di dalamnya seakan hanya setetes dari keseluruhan samudera ilmu yang dimiliki Allah swt.” (Adi, Maslahul Maulana, Habib), (2021), Tafsir Surat Al Kahfi Ayat: 109, Betapa Luasnya Ilmu Allah, Diakses 20, Maret 2023, https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-kahfi-ayat-109-betapa-luasnya-ilmu-allah/amp/.
***
Sumber:Ismail Asso lahir di Welesi Kampunh Assolipele adalah Putra Lembah Baliem Selatan Kota Wamena Jayawijaya Papua Pegunungan