.
Jayapura, Detiknewstv.com - Masyarakat suku Mee tampak benar-benar resah ketika nyawa mereka nyaris terancam oleh sekomplotan pemuda atau OTK yang sering mengintimidasi dengan cara memalang jalan trans dari Nabire ke pedalaman (Dogiyai, Deiyai dan Paniai) bahkan sebaliknya.
Ketika masyarakat suku Mee konfirmasi Detiknewstv.com, Kamis 6 April 2023 dari pedalaman bahwa aksi-aksi pemalangan tersebut dilakukan [diduga] sekelompok pemuda suku Moni ataupun Dani mulai dari Wadio hingga Topo, Distrik Uwapa, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Diketahui bahwa selain akses pesawat udara dari dan ke Kabupaten Nabire, jantung kota Provinsi Papua Tengah tembus pedalaman (Dogiyai, Deiyai dan Paniai) hanya satu pintasan perjalanan darat bagi pengendara sepeda motor dan mobil.
Seorang Mama asal Dogiyai yang sering turun jualan di Kabupaten Nabire, Papua Tengah mengatakan, pengendara sepeda motor ataupun mobil sekarang mulai takut naik turun sendirian dan mereka memastikan penumpang harus lebih dari lima orang.
"Pengendara motor yang sering melintas ataupun sopir benar-benar terasa cemas karena nyawa mereka diancam oleh sekelompok pemuda Moni ataupun Dani itu saat bereaksi memalang dan menghalangi jalan," katanya.
Selain Mama Dogiyai, seorang sopir lintas Meuwodidee MB juga turut membenarkan adanya aktivitas pemalangan jalan trans Nabire ke pedalaman yang sering dilakukan segelintir pemuda Moni dan Dani mulai dari Wadio hingga Topo, Distrik Uwapa, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
"Memang benar. Kami sering menjumpai kawan-kawan Moni dan Dani palang jalan. Ketika kami naik ataupun turun tidak dikasih uang, nyawa kami diancam atau tidak merampas barang bawahan kami dan tidak dikembalikan," katanya.
Menyikapi kondisi pemalangan yang dialami masyarakat suku Mee sepanjang jalan Wadio hingga Topo, 79 Kepala Kampung (Kakam) Kabupaten Dogiyai bersama masyarakat kembali mengedarkan informasi hasil pertemuan dan pembahasannya pada Senin, 3 April 2023.
Kepala Kampung Dikiyouwa, Kabupaten Dogiyai Marthen Tebai mengatakan bahwa menyangkut dengan pemalangan yang sering dilakukan oleh kawan-kawan Moni dan Dani di sepanjang jalan Wadio hingga Topo segera stop dan terhenti.
"Kami 79 Kakam Kabupaten Dogiyai mengambil kebijakan untuk membatasi dan mengamankan orang-orang yang melakukan pemalangan jalan dari Nabire tembus pedalaman (Dogiyai, Deiyai dan Paniai)," ujar Kepala Kampung Dikiyouwa Marthen Tebai kepada wartawan Detiknewstv.com, Kamis 6 April 2023.
Tebai juga meminta Kepala Suku Moni dan Dani harus dihadirkan di Kantor Polres Nabire untuk memberitahukan kepada masyarakatnya agar aksi-aksi pemalangan itu segera berhenti dan tidak berlanjut ke depan.
"Kami juga menegaskan kepada pihak Kepolisian Polres Nabire bahwa patroli jangan hanya seputar kota Nabire saja, tetapi usahakan patroli tembus sepanjang jalan Wadio hingga Topo," bebernya.
Lebih lanjut, Kepala Kampung Dikiyouwa ini memperingatkan kepada segelintir pemuda Moni bahwa ketika kejadian serupa dialami masyarakat, sopir dan pengojek suku Mee maka pihaknya tetap diproses hukum pelaku pemalangan tersebut.
"Apabila pengojek ataupun sopir suku Mee menabrak kawan-kawan Moni ataupun Dani saat palang jalan maka itu adalah konsekuensi, sama sekali kami tidak akan bertanggung jawab sepenuhnya atas peristiwa tersebut," imbuhnya.
Tapi, kata Tebai, kalau sampai Moni dan Dani menyiksa sopir, pengojek ataupun penumpang suku Mee, maka pihaknya tetap menuntut untuk kompensasi sebab masyarakat suku Mee tidak pernah bermusuhan sama siapapun.
"Kalau tidak mau bertanggungjawab maka secara otomatis kami suku Mee empat kabupaten tidak segang-segang mengusir teroris dari Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah," katanya.
Menurut Tebai, bukan berarti akan terjadi pengisiran dan pengusiran tetapi hargai suku Mee sebagai tuan rumah di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah.
"Kami suku Mee tidak pernah bermusuhan sama suku lain di wilayah Meepago ataupun dimana suku Mee berada sehingga saya mengajak kita sama-sama mengatasi oknum yang melakukan gerakan tambahan di wilayah Meepago," katanya.
Tebai pun menegaskan, boss berhenti palang-palang jalan akses suku Mee yang mendiami di Kabupaten Dogiyai, Deiyai dan Paniai mulai dari sekarang.
"Kami suku Mee paling baik, kami tidak pernah bermusuhan sama siapapun. Sama-sama hidup rukun, harmonis, tidak saling curiga, dendam, dengki dan amarah meskipun kita beda suku, kita tetap satu, orang Papua," pungkasnya.
Laporan: Boma Sepi