Jakarta,detiknewstv.com Puteri Indonesia Timur Intelegensia 2015, Syarifah Olvah Bwefar Alhamid telah memutuskan untuk terjun ke dunia politik pada 2022 lalu. Di balik sebuah keputusan besar nan berani itu diliputi jejak perjalanan panjang sarat dengan kristalisasi perjuangan untuk memajukan sektor pendidikan di Papua.
“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Begitulah bunyi peribahasa masa lampau yang setidaknya dapat menggambarkan bagaimana ketersambungan semangat perjuangan orangtua Olvah nyalanya menurun pada diri Olvah.
Kisah di Balik Keputusan Olvah Alhamid Terjun ke Politik, Niat Murni Membangun Papua barat Adil dan Makmur, Saya berjuang Dari Rakyat untuk Rakyat,ujar dalam diskusi Publik di Pejaten Jakarta Selatan (8/4/2023)
Kisah di Balik Keputusan Olvah Alhamid Terjun ke Politik dan (berdiri) berdiskusi tentang pendidikan dan kesejahteraan di Papua di Caffee Drink Sisha Pejaten Jakarta Selatan, Sabtu (8/4/2023).
Olvah mengaku sangat sedih melihat guru-guru honorer berpuluh-puluh tahun tidak pernah diangkat jadi ASN. Dia pun memilih mengawal untuk membuat perubahan lewat jalur politik. Dan akan maju Calon DPR-RI Dari Koalisi Perubahan Partai Nasdem. Ujarnya.
“Olvah Juga Mengatakan,Orangtua saya berpuluh-puluh tahun berjuang untuk pendidikan di Papua,” tutur Olvah saat menjadi pembicara Diskusi Publik dan di Bincang Komunitas Pemimpin “Papua, Pendidikan dan Kesejahteraan” di Caffee Drink Sisha Pejaten Jakarta Selatan.
Olvah sendiri telah memulai jalan perjuangannya sejak 6 tahun lalu dengan memanfaatkan media sosial. Di samping punya anak didik dengan biaya penuh dari kantongnya, Olvah juga turun ke kampung-kampung di Papua.
Seiring waktu berjalan, untuk membuat perubahan rupanya disadari betul oleh Olvah jika menjadi anggota DPR-RI Insya Allah akan akan menjadi orang yang bermanfaat untuk Umat dan Rakyat Papua
akhirnya saya sadar,” kata Olvah hingga kemudian dirinya bulat memutuskan masuk sistem kader partai Nasdem agar bisa berjuang membuat perubahan.
Olvah menegaskan kenapa dirinya akhirnya berpikir bagaimana bisa membantu mengubah sistem atau membantu membuat perubahan Indonesia kalau tidak masuk dalam sistem.
“Itulah yang membuat saya akhirnya masuk politik. Sekarang saya memang fokus di politik, tapi karena itu,” imbuhnya.
Dia mengaku sangat sedih melihat guru-guru honorer berpuluh-puluh tahun tidak pernah diangkat jadi ASN (Aparatur Sipil Negara). Dua hari sebelumnya, demikian sebut Olvah, dirinya baru berteriak soal ini di Komisi V DPR RI.
“Bagaimana anak-anak didik Indonesia kalau mau meningkat, maju, berkembang, pintar, mau semua, kalau gurunya saja tidak sejahtera. Iya tidak? Coba saya tanya, iya kan?” tandasnya.
Bagi Olvah adalah sesuatu yang ironi manakala pemerintah mau membangun mahal Ibu Kota Negara (IKN) ribuan triliun, sementara tenaga honorer tidak bisa diangkat jadi ASN.
“Kok guru-guru kita tidak bisa diperhatikan, disejahterakan,” katanya dengan ketus seraya menambahkan kalau ngomong tentang pendidikan memang agak sedih teriris-iris tak terperi.
“Jadi memang akhirnya sekarang bicaranya untuk pendidikan saja. Bagaimana mengubah pendidikan dan banyak orang yang tergerak, bukan cuma pemerintah yang bisa, kami juga harus berusaha,” tandasnya.
Olvah juga mengatakan, dengan nada tanya, kalau bukan kita siapa lagi? Kalau kakak-kakak semua punya organisasi, punya asosiasi apapun untuk pendidikan, itu bagus juga.
“Saya masuk dari politik, yang lain lewat lainnya silakan. Tapi satu saya harapkan dari kita semua, pegang tangan semua saling rangkul dan semua berjuang untuk membuat perubahan di Indonesia ini, Pungkasnya.
Tim Redaksi