Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mahasiswa dan Rakyat Peduli Tanah Papua Menggelar Aksi Mimbar Bebas, Ini Sikapnya!

April 04, 2023 | April 04, 2023 WIB Last Updated 2023-04-04T09:41:52Z
Jayapura, Detiknewstv.com - Kondisi Tanah Papua hingga kini belum diketahui kondusif, tidak aman dan baik-baik, militer Indonesia merajalela, Papua darurat kemanusiaan terutama di Kabupaten Nduga, Intan Jaya dan beragam daerah konflik lain di seluruh Tanah Papua.

Selasa 4 April 2023, organisasi pergerakan yang dirinya menamakan Front Mahasiswa dan Rakyat Peduli Tanah Papua kembali melakukan Aksi Mimbar Bebas di halaman Asrama Mimika, Perumnas 1 Waena, Distrik Heram, Jayapura.
Aksi Mimbar Bebas ini merupakan bentuk kepedulian sebagaimana memprotes segala kebijakan, perlakuan dan tindakan pemerintah Negara Indonesia terhadap Rakyat dan Tanah Papua.

Sekitar pukul 8.15 WIT, dalam lingkungan Asrama Mimika Perumnas 1 Waena terlihat penuh dengan manusia, diwarnai beragam orasi secara bergantian yang dilakukan mahasiswa dan rakyat Papua.

Sembari menunggu kawan-kawan mereka yang lain, Koordinator Lapangan (Koorlap) memasang music tradisional Papua (Sapusa) lantas mereka berdansa dengan gayanya masing-masing.
Jam 10.13 WIT, Koorlap meminta mahasiswa dan rakyat Papua yang tengah berdansa untuk kembali duduk di halaman Asrama Mimika lalu mengiringi berorasi secara bergantian.

Mereka menyadari dan menyatakan dirinya adalah satu. Tidak ada seorang pun yang membangun narasi provokatif, kepentingan politik bahkan pandangan negatif dalam perbedaan yang menimbulkan perpecahan pergerakan mahasiswa di seluruh Tanah Papua.

Bagi mereka memperjuangkan hak-hak kemerdekaan rakyat Papua adalah harga hidup yang mesti diperjuangkan secara kolektif.
Setiap orator konsisten dengan terbahak mengajak angkat tangan kiri secara kolektif dan menyatakan "Papua Merdeka" terus-menerus tanpa henti-hentinya.

Berikut ini, wartawan Detiknewstv.com mengutip kalimat-kalimat yang dilontarkan para mahasiswa dan rakyat Papua ketika berorasi di halaman Asrama Mimika.

"Kita yang hadir hari ini mengikuti aksi Mimbar Bebas adalah mahasiswa dan rakyat Papua yang sadar, benar-benar merasakan penindasan secara sungguh-sungguh," orasi salah seorang mahasiswa Uncen.

"Kita bereksistensi disini dan berjuang adalah untuk memprotes hak-hak kepentingan umum rakyat Papua."

"Saya adalah bagian dari orang yang merasakan penindasan oleh negara penjajah kolonial Indonesia," ini adalah orasi dari representasi rakyat Papua.

Orator lain mengatakan, otonomi khusus (Otsus) lahir untuk mensejahterakan rakyat tetapi justru kenyataannya terus menindas rakyat Papua seutuhnya.

"Saya perempuan Papua kembali berduka cita atas kematian orang Papua yang merajalela secara sistematis, pelakunya adalah Tentara dan Polisi Indonesia."

"Perempuan Papua harus terlibat menyuarakan aspirasi rakyat Papua, jangan sekali-kali membiarkan laki-laki yang terus bicara Papua Merdeka," tutur seorang mahasiswi Uncen.

"Hari ini kami tragis, tangis dan ratap melihat orang tua kami yang sedang menderita dibawa tekanan dan cengkeraman penindasan berbagai daerah konflik di seluruh Tanah Papua."

"Orang tua kami sejak lama mengungsi tidur di hutan-hutan, tidak makan, tidak minum dalam keadaan dan kondisi tidak stabil, aman dan baik-baik saja," tutur seorang mahasiswa asal Nduga dalam orasinya.

"Mahasiswa jangan terus-terusan duduk, diam, tetapi kita harus bangkit melawan sistem penindasan dan penjajahan kolonial Indonesia."

Salah satu orator terbaik menyanyikan sebuah lagu: "Ku menang, ku menang, melawan penindasan, ku menang, ku menang, melawan penjajahan, kalau kita bersatu pasti Papua merdeka."

"Hidup mahasiswa yang melawan. Hidup kaum tertindas. Hidup kaum tani. Hidup kaum nelayan. Hidup kaum buruh. Hidup Mama-mama Papua. Kita semua tetap dan harus hidup di bumi Papua. Tidak ada yang dipaksakan kita mati," tutur seorang mahasiswa Uncen yang mengenakan almamater kuning.

"Mahasiswa Papua yang bergabung dalam partai politik praktis segera berhenti. Hari ini, rakyat Papua sedang merasakan cengkeraman penindasan. Itu artinya, secara tidak langsung kita sedang menindas rakyatnya sendiri," bebernya lagi.

Selanjutnya, pukul 14.30 WIT, Koorlap memberi kesempatan kepada perwakilan mahasiswa dan rakyat Papua menyatakan sikap sebagaimana bentuk penindasan yang dialami dan dirasakan oleh masing-masing daerahnya.

Paling terakhir, karena menghargai keterlibat pelajar dengan seragam sekolah (Abu-abu putih), maka Koorlap lepaskan kesempatan kepada mereka (enam orang pelajar yang turut terlibat).

"Disini kami hanya enam orang pelajar yang terlibat, mungkin yang lain sudah dibunuh atau tidak sekolah akibat pengungsian ke hutan-hutan berantara."

"Meskipun demikian, kami adalah generasi penerus bangsa yang akan terus berjuang mempertahankan dan menyuarakan Papua Merdeka," tutur seorang siswa SMA dalam orasinya.

Selanjutnya, Koorlap menyuruh segenap pelajar memegang pamflet sebelum membacakan stegmen dibawa hujan rintik-rintik. Berikut pernyataan sikapnya:

1) segera hentikan pendropan militer di Tanah Papua.

2) segera hentikan kekerasan militer yang berlebihan di setiap daerah-daerah konflik.

3) segera hentikan penangkapan dan pembunuhan secara liar di Tanah Papua.

4) Gereja-gereja seluruh Tanah Papua meminta kepada Negara untuk segera bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan selama ini di Tanah Papua.

5) Aparat keamanan TNI/Porli stop membungkam ruang demokrasi di Tanah Papua.

6) Pemerintah Indonesia segera berunding dengan TPNPB OPM tanpa mengorbankan rakyat sipil.

7) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota segera mengamankan masyarakat sipil yang sedang mengungsi di daerah-daerah konflik seperti Puncak Papua, Yahukimo, Nduga, Intan Jaya, Maybrat, Pegunungan Bintang, Timika, Yapen Waropen dan Lani Jaya.

8) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota segera tarik militer organik dan non organik di Tanah Papua tanpa syarat.

9) Pemerintah Indonesia segera memberikan ijin intervensi (ICRC), Komite Palang Merah Internasional mengamankan pengungsi di daerah-daerah konflik.

10) Akses media Asing dibuka agar ada transportasi informasi.

11) Negara Indonesia segera membuka akses (Komisi HAM PBB) untuk menyelidiki semua kasus yang sudah dilaporkan.

12) Mendesak Negara Indonesia dan Bangsa Papua mencari solusi damai melalui jalur perundingan agar hentikan kekerasan di Tanah Papua.

13) Apabila Negara Indonesia tidak menanggapi serius persoalan Papua, maka kami yang tergabung dalam Front Mahasiswa dan Rakyat Peduli Tanah Papua, kami siap boikot seluruh Tanah Papua dari Sorong sampai Merauke.

"Saya mengajak kita semua untuk memberitahu kawan-kawan yang masih berada di rumah bahwa bentuk kepedulian dia terhadap rakyat Papua telah hilang sirna," kata Obanus Kogoya setelah membacakan stegmen.

Nama-nama Koordinator Lapangan (Koorlap/Wakoorlap) dan Penanggung Jawab Aksi Mimbar Bebas pada Selasa, 4 April 2023.

Malminus Waker, Kumis Goo (Koorlap Umum), Mandroy Gwijangge, Yamon Sgutumoi, Ronal Munggaruak (Wakoorlap).

Penanggung Jawab, (Bob Kogoya, Obanus Kogoya, Jecson Tabuni, Solend Soll, Juluku Wasiangge, Yapinus Yawame dan Kaleb Y. Mote).

Pada pukul 14.25 WIT, mereka berbalik muka sembari tersenyum pulang ke kediaman mereka masing-masing.(*)

Laporan: Boma Sepi
×
Berita Terbaru Update