PAPUA PEGUNUNGAN Didalamnya adalah apa yang ada didalamnya, terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia dari judul buku: Fihi Ma Fihi, karya Syeikh Jalaluddin Ar-Rumi ((1202-1273), seorang Penyair, sufi, Intelektual Islam paling terkenal dunia.
Demikian judul tulisan ini: Hoax Dalam Hoax, sama dengan judul buku Jalaluddin Ar-Rumi, Fihi Maa Fihi: “Didalamnya apa yang ada didalamnya” mirip tapi tak sama, beda tapi sama.
Orang - orang yang sering ketik kata Hoax, apakah mereka paham definisi kata Hoax? Jangan -jangan karena tidak paham, boleh jadi malah sebalikya pikiran mereka mengandung pikiran Hoax.
Hoax artinya bohong, berita palsu, jika mereka hanya bisa mengatakan Hoax, sebenranya, siapa yang menyebar Hoax di Media Massa, tanpa dukungan fakta kebenaran lapangan mereka didukung oleh siapa?
Punya tanah dimana? Dalam kapasitas sebagai apa? Jangan-jangan mereka manusia berpikiran hoax, dalam arti bukan pemilik lahan tanah, bukan kepala suku dan bukan perwakilan juru bicara suku.
Budaya Lembah Balim secara umum, terstruktur, tertata rapih, sangat struktural, ada hirarki. Masing-masing keluarga ada fam (marga), masing-masing fam punya Honai, didalam Honai, ada organisasi, didalam Honai Adat ada peran dan fungsi masing-masing.
Masing-masing peran dan fungsi organisasi terstruktur didalam Honai akan terlihat saat Pesta Honai Adat, Pesta Kematian, Pesta Perkawinanan, Pesta Daur Ulang (Wam Mawe) dan berbagai Pesta Adat lainnya.
Struktur Sistem Pemerintahan Adat
Dalam struktur pemerintahan adat di Lembah Balim, terlihat dalam pelaksanaan Pesta Adat, dan Perang Suku, ada struktur, tidak sembarangan, tapi sesuai struktur organisasi Adat. Misalnya tidak semua Kepala Suku bisa perintah perang, kecuali seorang Panglima Perang.
Tidak semua Pria boleh pegang panah bunuh babi saat pesta Adat selain seorang Ap Tugi Metek. Masing-masing orang tahu dan paham peran fungsi masing-masing Pemerintahan Honai Adat.
Mereka harus memerankan diri dan melaksanakan tugas sesuai struktur organisasi Sistem pemerintahan Adat.
Ap Tugi Metek, Eksekutive, Pemimpin, Presiden, semacam Pelaksana Tugas, Ap Tugi Hurek, Legislative, DPR, semacam Penasehat, dalam struktur sistem Pemerintahan Honai Kaneke secara tegas dan jelas diatur teratur.
Seorang Bapak Kepala Suku, bisa banyak Istri, melahirkan banyak anak, semua anak-anaknya, masing-masing punya fungsi struktural organisasi Honai Kaneke, punya kekuasaan sesuai fungsi disimbolkan dengan Wam Elegun atau Wam eluguneke, (bagian potongan babi, sesuai struktur organisasi terlihat diketahui dari bagian mana dia makan babi).
Tidak sembarangan, tidak amburadul, organisasi Honai Kaneke memegang peran dan fungsi seseorang bicara sebagai apa, berwenang boleh apa, berkuasa atas apa, sebagai apa diketahui melalui organisasi struktur disimbolkan melalui bagian “Wam Eluguneke”, apakah bagian ekor, Tugi Hurek, bagian kepala, Tugi metek, bagian tengah dan seterunsya masing-masing punya peran otoritas, kekuasaan, sebagai apa.
Demikian juga dalam Suku, misalnya Wilayah Adat Welesi, Suku Lani-Tapo dan Lani-Matuan, apakah kedua Suku ini lain atau sama? Sama dalam hal apa? Berbeda dalam hal apa? Suku Lani-Tapo Punya Wilayah Adat? Ataukah punya Wilayah Perang? Banyak yang abai seharusnya semua orang harus tahu ini.
Apakah kedua suku ini masing-masing punya Wilayah Perang ( Wenj Oak) dan punya Wilayah Adat (Wakun Oak) secara berbeda atau sama?
Belum lagi dalam satu fam (marga), ada yang tua, ada yang muda, ada yang lama ada yang baru. Ada pemilik ada pemelihara, ada pelindung, ada yang dilindungi. Ada yang kuat ada yang lemah.
Silih berganti dari generasi ke generasi Manusia Lembah Balim pada masa lalu hingga masa akan datang pernah ada semua fam pernah melahirkan orang berpengaruh dan berkuasa tanpa batas melampaui batas Wilayah secara luas.
Demkian Suku Lani-Matuan, pemilik Wilayah Adat (Wenj Oak) dan demikian, dalam Suku Assolipele, didalamnya ada Asso -Yaleget, tapi pemilik Wilayah Adat Suku Yaleget dan Yelipele. Asso hanya berkuasa (Wenj Oak) dan semua mandat perang atau tidak ada pada panglima tertinggi ada pada Kepala Suku sebagai Kepala Wilayah dari turun-temurun terstruktur demikian.
Jadi penyebar hoax sebenarnya siapa dan pemilik otak hoax adalah orag yang mengatakan hoax bukan? Jika bicara soal Tanah Adat bakal lokasi Kantor Gubernur di Welesi harus mengerti struktur sistem birokrasi (pemerintahan) Adat.
Dalam suku Assolipele, yang berhak bicara mewakili semua pemilik tanah dalam struktur organisasi budaya Basori Asso, bukan orang lain.Tidak boleh sembarangan, bicara ! Ini budaya!
Makanya jangan hanya tahu cerita Muhamamad dan Yesus dari mana mau apa tapi kenali budaya sendiri itu sangat penting. Agar tidak asal bicara.
“Ke holak waganusak”, bicara sembarang bisa kena sakit.Barang siapa kenal dirinya dia akan kenal budaya. Kalau asal bicara berarti tidak tahu diri.
Sumber:Ismail Asso .Peminat Adat Budaya Lembah Balim Jayawijaya