Jayapura,detiknewstv.com -Hari ini saya ingin sampaikan kepada semua dalam group khususnya konsen utama saya masyarakat Lembah Balim Jayawijaya Papua Pegunungan sebagai jantung kebudayaan Papua umumnya dan khusus budaya Lapago.
Tulisan ini awalnya saya tulis sebagai jawaban dalam group The spirit if Jayawijaya tapi tak semua tergabung, saya posting group lain, dengan edit seperlunya tanpa mengubah isi sebagai pesan utama.
Sesuai nama grop yang artinya semangat Jayawijaya. Apa itu semangat (spirit)? Spririt itu suatu semangat atau gairah sistem keprcayaan yang muncul karena memiliki nilai kepercayaan dalam diri manusia. Dalam hal ini manusia Papua yakni kita semua sebagai orang Papua.
Dengan masuk Agama dan Sisitem Pemerintah dalam berengara, muncul berbagai perdebatan dan diksusi menarik seperti sceenshoot diatas (soal tanah Kantor Gubernur Welesi), maka disini perlu saya sampaikan sbb:
“Mulai hari ini kembali kaji dan belajar Adat Budaya Lembah Balim, yang itu tak lain adalah belajar mengenal diri dan lingkungan sendiri”. Dalam tanda kutip sebagai pesan inti saya disitu saya ingin tekankan pada generasi muda sarjana hari ini.
Hegemoni Budaya Asing
Selama ini saya amati, sangat berbahaya, apakkah karena salah kurikulum pendidikan atau salah para orangtua, entah siapa yang harus disalahkan tapi saya amati kecenderungan umum anak-anak kita, anak-anak Jayawijaya, terlalu percaya Yesus dan Muhammad, lahir dimana, anak siapa, besar dimana, makan apa, minum apa, duduk dimana, pernah berkata apa melarang apa, mengajarkan apa dan seterusnya.
Hari-hari isi kepala melalu cerita orang lain, cerita orang Arab dan Israel tempat darimana Agama Islam dan Kristen lahir disitu Yesus dan Muhammad pernah hidup mendakwakan ajaran (nilai) semitisme karena kedua orang disebut sebagai Nabi dan Tuhan ini dari budaya Semitisme, meliputi negara-Negara bebudaya dan berbahasa Semit sbb: Eritrea, Somalia, Yaman, Arab Saudi, Palestina (Israel), Ethiopia, Lebanon, Suriah, Mesir dll.
Saya amati secara serius bahwa generasi yang lahir tahun 1990-2000-an keatas sudah tak lagi kenali diri dan adat budaya sendiri. Dalam isi otaknya hanya tahu dan diiisi selalu Tuhan dan Agama.
Padahal itu sejatinya suatu yang asing dan baru bukan belajar dan mengetahui Adat budaya sendiri, Adat Budaya Lembah Balim, Jayawijaya sendiri sesuai nama group ini The spirit of Jayawijaya, yakni semangat nilai nilai budaya manusia Jayawijaya sendiri yang sejati.
Setiap hari otak pikiran selalu Yesus-Muhammad, padahal kita baru dikenalkan malah tidak kenal mereka (Nabi dan Tuhan ini asal usulnya darimana ribuan mil dari Pasifik), orang Papua tidak ada hubungan kekerabatan adat budaya dengan Yesus dan Muhammad.
Sebagai dampaknya manusia Jayawijaya dan anak-anak kita, anak-anak kelahiran tahun 1990-an, apalagi kelahiran tahun 2000-an keatas semakin kesini sangat tidak kenali diri sendiri siapa, darimana asal usulnya, kakek nenek moyangnya, sampai ke generasi keberapa (silsilah keturunan), sudah tidak tahu. Hal ini berbeda dengan menghafal diluar kepala siapa Ibu Bapaknya Yesus dan Muhammad, generasi muda Papua lebih tahu dan hafal daripada hafal silsilah keturunan diri sendiri.
Generasi muda Papua hari ini Krisis nilai, kehilangan orientasi hidup, akhirnya anak-anak muda tak tahu diri, siapa dirinya, darimana asal usulnya, siapa kakek-nenek sampai tete buyutnya, anak Papua kini sudah tercerabut dari nilai-nilai Spirit akar kebudayaannya sendiri.
Perdebatan soal Tanah Kantor Gubernur Pintu masuk bagi kita semua belajar budaya dan keluarga asal usul, dan hukum adat, Sistem pranata sosial dalam kebudayaan diri kita Papua sendiri. Pungkasnya
Ismail Asso Peminat Budaya Dan Agama
(Sweipsa)